Rabu, 25 Desember 2013

Naskah Drama "Guruku, Penyemangatku"



Naskah Drama "Guruku, Penyemangatku"
XII IPA 2 SMA N 2 Tegal 


Para Pemain
- Pembaca Narasi : Mei Ayu
- Bu Rahmi : Dini Nur
- Mira : Amira
- Liliz : Krisma
- Aji : Nasir
- Wawan : Krisna
- Koko : Umam
- Asep : Lukito
- Ina : Novi
- Bayu : Irfan




Di sebuah desa yang kecil dan sederhana terdapat seorang pejuang yang digemari banyak penduduk desa. Beliau adalah Bu Rahmia, guru Bahasa Indonesia di SMA Xtra, yakni SMA sederhana yang hanya terdiri dari 28 orang murid. Namun beliau tidak pernah putus asa. Bu Rahmi yang biasa disapa Bu Mimi selalu menyemangati siswa-siswanya agar terus berjuang, meraih mimpi.

Bu Mimi   : ………Chairil Anwar selalu menuangkan ide-ide dan perasaannya dalam bentuk syair. Lihat saja pusinya yang berjudul “Aku” . Chairil  mengemukakan tentang pemberontakan dari segala bentuk penindasan. AKU!!  Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup seribu tahun lagi. Ada yang tahu maksud dari syair ini??
Wawan     : Menurut saya, Penulis ingin mengungkapkan tentang keinginan terbesar nya untuk tetap bertahan, meraih mimpinya. Dan bila saatnya nanti, entah berhasil atau tidak, dia tidak ingin seorang pun menangis atau meratapinya, siapapun itu.
Bu Mimi : Pemikiran yang baik, ada yang ingin menambahkan?
Asep       : Disini, penulis ingin hidup seribu tahun lagi, namun dia menyadari keterbatasan usianya dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorang pun meratapinya
Bu Mimi : Ide-Ide yang cerdas. Ibu salut pada kalian semua. Ibu harap kalian mengerti tentang puisi, dan kelak kalian menjadi seorang yang sukses. Pergi merantau meraih mimpi, menyentuh semua khayalan kalian, berlari ke ujung dunia untuk mimpi-mimpi kalian itu. Ingat! Tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha dan berharap pada Tuhan. Jangan hanya menjadi sang pemimpi, tapi jadilah sang pemimpin.

Matahari mulai menyembunyikan wajahnya, Bu Mimi harus kembali mengayuh sepeda bututnya sepanjang  7 km menuju rumah. Di rumah beratapkan daun rumbia ini, tinggalah Bu Mimi dan Mira – anaknya. Pak Syaiful, suami Bu Mimi telah meninggal sesaat setelah Mira lahir. Mira cantik dan pintar, namun sayangnya ia hanya tergulai lemah di tempat tidur, karena penyakit yang dideritanya – polio.

Bu Mimi : Selamat siang, nak. Ibu pulang.
Mira         : Siang Bu. Bagaimana keadaan Ibu hari ini?
Bu Mimi : Baik sayang. Sudah bisa kita mulai belajarnya hari ini?
Mira         : Sudah Bu. Saya Siap.
Bu Mimi: Nak, apa yang kamu ketahui dari Chairil Anwar?
Mira         : Chairil – dia penyair terkenal yang selalu menuangkan ide-ide cemerlangnya lewat syair yang indah. Walaupun dia berasal dari keluarga yang tercerai berai dan dibesarkan oleh seorang nenek.

Bu Mimi : Pintar nak. Benar, Chairil itu orang yang tidak mudah berputus asa, dia selalu ingin meraih mimpinya dan selalu mencoba jika ia gagal. Salah satu syairnya yang terkenal ialah “AKU”. AKU!!  Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup seribu tahun lagi. Apa yang pesan moral syair ini, Mira?
Mira         : Bu, menurut Mira, Aku disini adalah pejuang yang tak pernah menyerah sama seperti penulisnya – Chairil. Dan dia tidak mau membuat orang lain susah karena dirinya.
Bu Mimi : Benar nak, ibu bangga padamu. Walau tak seperti anak-anak normal lainnya, tapi semangat belajarmu selalu membara. Ibu sayang padamu.
Mira         : Mira juga sayang Ibu.

Mira tidak pernah berkecil hati dengan keadaannya. Ibunya selalu mendukungnya. Sepulang sekolah, ibunya selalu mengulang materi yang beliau ajarkan di sekolah.
Malam harinya, saat mira dan ibunya sedang makan malam dengan lauk seadanya. Nasi, ikan asin dan Sayur Asam, terjadi percakapan yang cukup serius .

Bu Mimi : Nak, apa cita-citamu kelak?
Mira         : Mira ingin menjadi seorang dokter. Mira ingin menyembuhkan penyakit – penyakit yang diderita anak-anak kecil. Agar mereka tidak merasakan hal yang sama seperti  yang mira rasakan sekarang.
Bu Mimi : Sungguh mulia cita-citamu nak. Walau sakit, tapi kamu tak pernah putus asa.
Keesokan harinya….
Bu Mimi : Anak-anak, minggu depan kita sudah menghadapi UN. Ibu harap kalian belajar dengan tekun agar kelak kalian Lulus dan dapat merah cita-cita kalian. Bila nanti ……………………. Uhukkk.. uhukk..uhuk….
Liliz         : Bu, Ibu . Ibu kenapa? (Berlari ke depan).
Bu Mimi : Ibu tidak apa-apa nak, hanya batuk biasa. Uhukk…uhuk…
Liliz         : Tapi………….
Bu Mimi : Sudah..tenanglah… mending kalian belajar untuk UN nanti.
Liliz         : Bu……

Bu Mimi kembali mengayuh sepeda bututnya menuju rumah. Terik matahari saat itu masih menyinari. Tak seperti biasanya. Hari ini, Bu Mimi memutuskan untuk pulang lebih dulu ke rumahnya, karena kondisi kesehatannya yang tidak bisa dikompromi lagi.
Di tengah perjalanan, sepeda Bu Mimi kehilangan kendali. Bu Mimi panik dan sepedanya terjatuh.
Untunglah saat itu, salah seorang muridnya, Ati dan Aji melalui jalanan tersebut dan mendapati Bu Mimi sedang terbaring di jalanan berbatu tanpa aspal

Bayu        : Aji…lihat!! Sepertinya itu adalah Bu Mimi.
Aji           : Haaa???!! Dimana??
Bayu        : Itu (sambil menunjuk ke arah Bu Mimi)
Aji           : Ia benar Ti, ayo segera kita tolong.
Di rumah Bu Mimi …….
Mira         : Aji, ibu kenapa?
Aji           : Tenanglah Mira. Ibumu tidak apa-apa. Beliau hanya capek dan kita mendapati beliau di jalanan menuju kesini.
Mira         : Terima kasih, Aji..
Malam harinya, para siswa SMA Xtra selalu datang belajar di rumahnya Bu Mimi. Dan Bu Mimi ikhlas mengajarkan mereka, walau tanpa bayaran.
Rachel, Ina, Liliz, Wawan, Ati :    S’lamat malam.
Bu Mimi: S’lamat malam generasi cerdas. Silahkan masuk, ibu sudah menunggu kalian.
Ati           : Terima kasih Bu. Bagaimana keadaan Ibu sekarang? Sudah baikan?
Bu Mimi : Sudah nak, ibu sudah agak baikan. Terima kasih.
Ati           : Sama-sama Bu.
Bu Mimi : Maaf, rumah ibu hanya sederhana.
Ina           : Tidak mengapa Bu.
Bu Mimi : Mari kita mulai pelajarannya nak…
Liliz         : YA!! Mariiii,…………..
Bu Mimi : Generasi cerdas… nilai – nilai budaya yang terletak pada hikayat, berbeda dengan yang ada pada novel. Nilai budaya pada hikayat adalah nilai-nilai yang dianggap pra logis.
Koko     : Jadi… seperti nilai atau kebudayaan yang tidak rasional bu? Seperti menyembah putri dewa, berbicara dengan hewan atau dengan kata lain mengerti bahasa hewan. Bukan begitu bu?
Bu Mimi : Benar sekali generasi cerdas. Kita lihat saja contoh Hikayat Ibnu Hasan. Menurut kalian apa nilai budayanya?
Mira         : Saya Bu…
Bu Mimi : Silahkan nak.
Mira         : Menurut saya, tidak mungkin seorang anak berumur 7 tahun dapat pergi merantau sendiri dari Bagdad menuju Mesir. Itu sangat tidak mungkin. Apalagi perjalanannya memerlukan waktu yang sangat lama.
Bu Mimi : Benar!! … nah sekarang coba kalian tentukan nilai-nilai religi, nilai moral dan nilai etika!

Suasana belajar malam itu begitu semangat. Bu Mimi selalu tersenyum dan dengan ikhlas memberikan les tambahan bagi para siswa nya di malam hari. Namun siapa yang menyangka, dibalik untaian senyum dan tebaran keikhlasan, ternyata Bu Mimi mengidap penyakit yang sewaktu-waktu dapat  merenggut nyawanya. Ya beliau mengidap kanker paru-paru. Selama ini, beliau tidak terlalu peduli dengan kondisi kesehatannya. Baginya, sakit yang dirasakannya hanya sakit biasa.

Bu Mimi : Nak, jika nanti ibu telah pergi. Kamu harus rajin belajar, jangan putus asa. Pergilah ke salah satu panti asuhan terdekat. Belajarlah disana, kelak kamu akan jadi orang yang sukses.
Mira         : Ibu, jangan berkata begitu. Mira sayang ibu. Mira tidak mau ibu pergi meninggalkan mira.

Hari pertama ujian nasional……………………

Bu Mimi : “Anak-anak, hari ini hari pertama kalian menghadapi Ujian Nasional. Uhukk..uhukk… Ibu harap kalian tidak patah semangat dan selalu rajin belajar.
Siswa-siswa : Iya bu..
Liliz         : Doakan kami yah Bu.
Bu Mimi : Pasti nak…uhukk..uhuk….

Setelah hari itu, Bu Mimi tidak ke sekolah lagi, penyakitnya tambah parah. Ia hanya terbaring lemah di kamarnya dan tak ada yang bisa merawatnya, karena Mira lumpuh.
Hari pengumuman kelulusan…..

Liliz         : Thank you God, saya berhasil.
Asep       : Ya. Saya juga. Terima kasih Tuhan
Aji           : Teman-teman kita berhasil. Ayo, kita kabarkan hal ini untuk Bu Mimi.
Ati           : Yuk……
Liliz         : Iya, sekalian saja kita jenguk Bu Mimi, sudah lama kita tak bertemu beliau.

Di rumah Bu Mimi

Mira         : Ibu…ayo bertahan bu… Mira masih butuh Ibu…jangan pergi bu...
Bu Mimi : Nak, umur Ibu sudah tidak lama lagi. Ibu hanya menunggu berita kelulusan siswa-siswa ibu. Setelah itu……….uhukk…uhukkk……….
Mira         : Ibu, jangan bilang begitu. Jangan bu… Ibu pasti bisa bertahan
Bu Mimi : Sudah nak..ingat pesan ibu.. kamu harus bertahan, pergilah ke panti asuhan terdekat, tinggal disitu. Tapi jangan kamu merepotkan mereka. “
Mira         : Iya bu…Mira pasti mendengar nasehat ibu..
Liliz         : Selamat siang…………
Mira         : Selamat siang teman-teman.
Aji           : Boleh kami lihat keadaan Bu Mimi?
Mira         : Boleh, silahkan saja
Bayu           : Terima kasih
Rachel     : Selamat Siang, Bu..
Bu Mimi : Selamat siang nak…terima kasih kalian uhuk…uhuk…sudah mau datang menjenguk ibu. Uhukk…Bagaimana dengan hasil kelulusan kalian?
Wawan     : (memeluk Bu Mimi) kita semua lulus bu..terima kasih untuk ilmu yang ibu beri.
Bu Mimi : Ibu senang mendengarnya. Ibu harap uhukk..uhuk…generasi cerdas seperti kalian dapat uhukk..uhuk..berguna bagi nusa dan bangsa.
Aji           : Iya bu..ibu juga harus berjuang melawan penyakit ibu
Bu Mimi: (Dengan nafas terengah-engah)  Nak, sudah waktunya ibu pergi. Tugas Ibu sudah selesai. Berjuanglah nak..
Mira         : Ibu…jangan berkata demikian. Jangan bu….
Bu Mimi : Sudah saatnya. Mira ingat pesan ibu… Liliz, Aji, Ati, Rachel, Asep, Wawan dan yang lainnya biarkan ibu melihat keberhasilan kalian dari atas sana.. Ibu sa….yang… ka…li…an…… se….mu…a..
Mira         : BU!!!……..
Liliz, Aji    : IBU!!……………

Setelah hari itu, semua keadaan di desa sangat sepi, terkhususnya aktivitas di lokasi SMA Xtra. Tak ada lagi kegiatan belajar mengajar. SMA Xtra telah digusur dan akan dibangun sebuah pabrik. Mira juga menjalani hari-harinya di panti asuhan “Sumber inspirasi” dan membantu mengajari anak panti lainnya belajar. Sedangkan Liliz, Aji, Wawan, Koko, Bayu  dan siswa didikan Bu Mimi  lainnya telah berhasil meraih mimpi. Kini, mereka membuktikan bahwa mereka tidak hanya menjadi sang pemimpi, tapi menjadi sang pemimpin.
Semua karena perjuangan seorang guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Pengabdian guru hingga akhir hidupnya. Benar, guruku – seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Sekian.

Musik latar
1. Gigi - Sang Pemimpi
2. Musikalisasi "Aku" Chairil anwar
3. Sad Piano
4. Instrument Bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar