Naskah Drama "Guruku, Penyemangatku"
XII IPA 2 SMA N 2 Tegal
Para Pemain
- Pembaca Narasi : Mei Ayu
- Bu Rahmi : Dini Nur
- Mira : Amira
- Liliz : Krisma
- Aji : Nasir
- Wawan : Krisna
- Koko : Umam
- Asep : Lukito
- Ina : Novi
- Bayu : Irfan
Di sebuah desa yang kecil dan sederhana terdapat seorang pejuang yang
digemari banyak penduduk desa. Beliau adalah Bu Rahmia, guru Bahasa Indonesia
di SMA Xtra, yakni SMA sederhana yang hanya terdiri dari 28 orang murid. Namun
beliau tidak pernah putus asa. Bu Rahmi yang biasa disapa Bu Mimi selalu
menyemangati siswa-siswanya agar terus berjuang, meraih mimpi.
Bu Mimi
: ………Chairil Anwar selalu menuangkan ide-ide dan perasaannya dalam bentuk
syair. Lihat saja pusinya yang berjudul “Aku” . Chairil mengemukakan
tentang pemberontakan dari segala bentuk penindasan. AKU!! Kalau sampai
waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup
seribu tahun lagi. Ada yang tahu maksud dari syair ini??
Wawan
: Menurut saya, Penulis ingin mengungkapkan tentang keinginan terbesar nya
untuk tetap bertahan, meraih mimpinya. Dan bila saatnya nanti, entah berhasil
atau tidak, dia tidak ingin seorang pun menangis atau meratapinya, siapapun
itu.
Bu Mimi :
Pemikiran yang baik, ada yang ingin menambahkan?
Asep
: Disini, penulis ingin hidup seribu tahun lagi,
namun dia menyadari keterbatasan usianya dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin
seorang pun meratapinya
Bu Mimi :
Ide-Ide yang cerdas. Ibu salut pada kalian semua. Ibu harap kalian mengerti
tentang puisi, dan kelak kalian menjadi seorang yang sukses. Pergi merantau
meraih mimpi, menyentuh semua khayalan kalian, berlari ke ujung dunia untuk
mimpi-mimpi kalian itu. Ingat! Tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha
dan berharap pada Tuhan. Jangan hanya menjadi sang pemimpi, tapi jadilah sang
pemimpin.
Matahari mulai menyembunyikan wajahnya, Bu Mimi harus kembali mengayuh
sepeda bututnya sepanjang 7 km menuju rumah. Di rumah beratapkan daun
rumbia ini, tinggalah Bu Mimi dan Mira – anaknya. Pak Syaiful, suami Bu Mimi
telah meninggal sesaat setelah Mira lahir. Mira cantik dan pintar, namun
sayangnya ia hanya tergulai lemah di tempat tidur, karena penyakit yang
dideritanya – polio.
Bu Mimi :
Selamat siang, nak. Ibu pulang.
Mira
: Siang Bu. Bagaimana keadaan Ibu hari ini?
Bu Mimi : Baik
sayang. Sudah bisa kita mulai belajarnya hari ini?
Mira
: Sudah Bu. Saya Siap.
Bu Mimi: Nak,
apa yang kamu ketahui dari Chairil Anwar?
Mira
: Chairil – dia penyair terkenal yang
selalu menuangkan ide-ide cemerlangnya lewat syair yang indah. Walaupun dia
berasal dari keluarga yang tercerai berai dan dibesarkan oleh seorang nenek.
Bu Mimi : Pintar nak. Benar, Chairil itu orang yang tidak mudah berputus asa, dia selalu ingin meraih mimpinya dan selalu mencoba jika ia gagal. Salah satu syairnya yang terkenal ialah “AKU”. AKU!! Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup seribu tahun lagi. Apa yang pesan moral syair ini, Mira?
Bu Mimi : Pintar nak. Benar, Chairil itu orang yang tidak mudah berputus asa, dia selalu ingin meraih mimpinya dan selalu mencoba jika ia gagal. Salah satu syairnya yang terkenal ialah “AKU”. AKU!! Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup seribu tahun lagi. Apa yang pesan moral syair ini, Mira?
Mira
: Bu, menurut Mira, Aku disini
adalah pejuang yang tak pernah menyerah sama seperti penulisnya – Chairil. Dan
dia tidak mau membuat orang lain susah karena dirinya.
Bu Mimi : Benar
nak, ibu bangga padamu. Walau tak seperti anak-anak normal lainnya, tapi semangat
belajarmu selalu membara. Ibu sayang padamu.
Mira
: Mira juga sayang Ibu.
Mira tidak pernah berkecil hati dengan keadaannya. Ibunya selalu mendukungnya. Sepulang sekolah, ibunya selalu mengulang materi yang beliau ajarkan di sekolah.
Malam harinya,
saat mira dan ibunya sedang makan malam dengan lauk seadanya. Nasi, ikan asin
dan Sayur Asam, terjadi percakapan yang cukup serius .
Bu Mimi : Nak,
apa cita-citamu kelak?
Mira
: Mira ingin menjadi seorang dokter.
Mira ingin menyembuhkan penyakit – penyakit yang diderita anak-anak kecil. Agar
mereka tidak merasakan hal yang sama seperti yang mira rasakan sekarang.
Bu Mimi :
Sungguh mulia cita-citamu nak. Walau sakit, tapi kamu tak pernah putus asa.
Keesokan
harinya….
Bu Mimi :
Anak-anak, minggu depan kita sudah menghadapi UN. Ibu harap kalian belajar
dengan tekun agar kelak kalian Lulus dan dapat merah cita-cita kalian. Bila
nanti ……………………. Uhukkk.. uhukk..uhuk….
Liliz
: Bu, Ibu . Ibu kenapa? (Berlari
ke depan).
Bu Mimi : Ibu
tidak apa-apa nak, hanya batuk biasa. Uhukk…uhuk…
Liliz
: Tapi………….
Bu Mimi :
Sudah..tenanglah… mending kalian belajar untuk UN nanti.
Liliz
: Bu……
Bu Mimi kembali mengayuh sepeda bututnya menuju rumah. Terik matahari saat
itu masih menyinari. Tak seperti biasanya. Hari ini, Bu Mimi memutuskan untuk
pulang lebih dulu ke rumahnya, karena kondisi kesehatannya yang tidak bisa
dikompromi lagi.
Di tengah
perjalanan, sepeda Bu Mimi kehilangan kendali. Bu Mimi panik dan sepedanya
terjatuh.
Untunglah saat
itu, salah seorang muridnya, Ati dan Aji melalui jalanan tersebut dan mendapati
Bu Mimi sedang terbaring di jalanan berbatu tanpa aspal
Bayu :
Aji…lihat!! Sepertinya itu adalah Bu Mimi.
Aji
: Haaa???!! Dimana??
Bayu
: Itu (sambil menunjuk ke arah Bu Mimi)
Aji
: Ia benar Ti, ayo
segera kita tolong.
Di rumah Bu
Mimi …….
Mira
: Aji, ibu kenapa?
Aji
: Tenanglah Mira. Ibumu
tidak apa-apa. Beliau hanya capek dan kita mendapati beliau di jalanan menuju
kesini.
Mira
: Terima kasih, Aji..
Malam harinya,
para siswa SMA Xtra selalu datang belajar di rumahnya Bu Mimi. Dan Bu Mimi
ikhlas mengajarkan mereka, walau tanpa bayaran.
Rachel, Ina,
Liliz, Wawan, Ati : S’lamat malam.
Bu Mimi:
S’lamat malam generasi cerdas. Silahkan masuk, ibu sudah menunggu kalian.
Ati
: Terima kasih Bu.
Bagaimana keadaan Ibu sekarang? Sudah baikan?
Bu Mimi : Sudah
nak, ibu sudah agak baikan. Terima kasih.
Ati
: Sama-sama Bu.
Bu Mimi : Maaf,
rumah ibu hanya sederhana.
Ina
: Tidak mengapa Bu.
Bu Mimi : Mari
kita mulai pelajarannya nak…
Liliz
: YA!! Mariiii,…………..
Bu Mimi :
Generasi cerdas… nilai – nilai budaya yang terletak pada hikayat, berbeda
dengan yang ada pada novel. Nilai budaya pada hikayat adalah nilai-nilai yang
dianggap pra logis.
Koko : Jadi… seperti
nilai atau kebudayaan yang tidak rasional bu? Seperti menyembah putri dewa,
berbicara dengan hewan atau dengan kata lain mengerti bahasa hewan. Bukan
begitu bu?
Bu Mimi : Benar
sekali generasi cerdas. Kita lihat saja contoh Hikayat Ibnu Hasan. Menurut
kalian apa nilai budayanya?
Mira
: Saya Bu…
Bu Mimi :
Silahkan nak.
Mira
: Menurut saya, tidak mungkin
seorang anak berumur 7 tahun dapat pergi merantau sendiri dari Bagdad menuju
Mesir. Itu sangat tidak mungkin. Apalagi perjalanannya memerlukan waktu yang
sangat lama.
Bu Mimi :
Benar!! … nah sekarang coba kalian tentukan nilai-nilai religi, nilai moral dan
nilai etika!
Suasana belajar malam itu begitu semangat. Bu Mimi selalu tersenyum dan
dengan ikhlas memberikan les tambahan bagi para siswa nya di malam hari. Namun
siapa yang menyangka, dibalik untaian senyum dan tebaran keikhlasan, ternyata
Bu Mimi mengidap penyakit yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawanya. Ya
beliau mengidap kanker paru-paru. Selama ini, beliau tidak terlalu peduli
dengan kondisi kesehatannya. Baginya, sakit yang dirasakannya hanya sakit
biasa.
Bu Mimi : Nak,
jika nanti ibu telah pergi. Kamu harus rajin belajar, jangan putus asa.
Pergilah ke salah satu panti asuhan terdekat. Belajarlah disana, kelak kamu
akan jadi orang yang sukses.
Mira
: Ibu, jangan berkata begitu. Mira
sayang ibu. Mira tidak mau ibu pergi meninggalkan mira.
Hari pertama
ujian nasional……………………
Bu Mimi :
“Anak-anak, hari ini hari pertama kalian menghadapi Ujian Nasional.
Uhukk..uhukk… Ibu harap kalian tidak patah semangat dan selalu rajin belajar.
Siswa-siswa :
Iya bu..
Liliz
: Doakan kami yah Bu.
Bu Mimi : Pasti
nak…uhukk..uhuk….
Setelah hari itu, Bu Mimi tidak ke sekolah lagi, penyakitnya tambah parah.
Ia hanya terbaring lemah di kamarnya dan tak ada yang bisa merawatnya, karena
Mira lumpuh.
Hari pengumuman
kelulusan…..
Liliz
: Thank you God, saya
berhasil.
Asep
: Ya. Saya juga. Terima kasih Tuhan
Aji
: Teman-teman kita
berhasil. Ayo, kita kabarkan hal ini untuk Bu Mimi.
Ati
: Yuk……
Liliz
: Iya, sekalian saja kita jenguk Bu
Mimi, sudah lama kita tak bertemu beliau.
Di rumah Bu Mimi
Mira
: Ibu…ayo bertahan bu… Mira masih
butuh Ibu…jangan pergi bu...
Bu Mimi : Nak,
umur Ibu sudah tidak lama lagi. Ibu hanya menunggu berita kelulusan siswa-siswa
ibu. Setelah itu……….uhukk…uhukkk……….
Mira
: Ibu, jangan bilang begitu. Jangan
bu… Ibu pasti bisa bertahan
Bu Mimi : Sudah
nak..ingat pesan ibu.. kamu harus bertahan, pergilah ke panti asuhan terdekat,
tinggal disitu. Tapi jangan kamu merepotkan mereka. “
Mira
: Iya bu…Mira pasti mendengar
nasehat ibu..
Liliz
: Selamat siang…………
Mira
: Selamat siang teman-teman.
Aji
: Boleh kami lihat
keadaan Bu Mimi?
Mira
: Boleh, silahkan saja
Bayu
: Terima kasih
Rachel
: Selamat Siang, Bu..
Bu Mimi :
Selamat siang nak…terima kasih kalian uhuk…uhuk…sudah mau datang menjenguk ibu.
Uhukk…Bagaimana dengan hasil kelulusan kalian?
Wawan
: (memeluk Bu Mimi) kita semua lulus bu..terima kasih
untuk ilmu yang ibu beri.
Bu Mimi : Ibu
senang mendengarnya. Ibu harap uhukk..uhuk…generasi cerdas seperti kalian dapat
uhukk..uhuk..berguna bagi nusa dan bangsa.
Aji
: Iya bu..ibu juga harus
berjuang melawan penyakit ibu
Bu Mimi: (Dengan
nafas terengah-engah) Nak, sudah waktunya ibu pergi. Tugas Ibu sudah
selesai. Berjuanglah nak..
Mira
: Ibu…jangan berkata demikian.
Jangan bu….
Bu Mimi : Sudah
saatnya. Mira ingat pesan ibu… Liliz, Aji, Ati, Rachel, Asep, Wawan dan yang
lainnya biarkan ibu melihat keberhasilan kalian dari atas sana.. Ibu sa….yang…
ka…li…an…… se….mu…a..
Mira
: BU!!!……..
Liliz, Aji
: IBU!!……………
Setelah hari itu, semua keadaan di desa sangat sepi, terkhususnya aktivitas
di lokasi SMA Xtra. Tak ada lagi kegiatan belajar mengajar. SMA Xtra telah
digusur dan akan dibangun sebuah pabrik. Mira juga menjalani hari-harinya di
panti asuhan “Sumber inspirasi” dan membantu mengajari anak panti lainnya
belajar. Sedangkan Liliz, Aji, Wawan, Koko, Bayu dan siswa didikan Bu Mimi lainnya telah
berhasil meraih mimpi. Kini, mereka membuktikan bahwa mereka tidak hanya
menjadi sang pemimpi, tapi menjadi sang pemimpin.
Semua karena
perjuangan seorang guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Pengabdian guru hingga
akhir hidupnya. Benar, guruku – seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Sekian.
Musik latar
1. Gigi - Sang Pemimpi
2. Musikalisasi "Aku"
Chairil anwar
3. Sad Piano
4. Instrument Bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar