Rabu, 19 November 2014

Puisi Karawang-Bekasi Karya Chairil Anwar

Ada puisi karya dari Chairil anwar yang berjudul Karawang Bekasi, puisi yang di ciptakan tahun 1948 ini menginspirasi bayak orang terutama pada tahunnya saat Indonesia masih belum di akui kemerdekaannya oleh Belanda. Sosok chairil anwar sendiri sangat terkel sebagai penulis puisi, dia tak hanya pandai dalam membuat kata-katanya tapi juga pandai dalam pembawaannya. Langsung saja ini dia puisi Karawang-Bekasi - See more at: http://nzsidik.blogspot.com/2013/03/puisi-karawang-bekasi-karya-chairil.html#sthash.HzOEr1Un.dpuf

Puisi Karawang-Bekasi adalah puisi karya dari Chairil Anwar. Puisi yang diciptakan tahun 1948 ini menginspirasi banyak orang, terutama pada saat Indonesia masih belum di akui kemerdekaannya oleh Belanda. Sosok Chairil Anwar sendiri sangat terkenal sebagai penulis puisi, dia tidak hanya pandai membuat kata-kata, tapi juga pandai dalam pembawaannya. Langsung saja, ini dia puisi Karawang-Bekasi.

Karawang-Bekasi
Karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948)

Karawang-Bekasi

karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948) - See more at: http://nzsidik.blogspot.com/2013/03/puisi-karawang-bekasi-karya-chairil.html#sthash.YGcTSFXa.dpuf

Puisi KARAWANG-BEKASI karya Chairil Anwar

Diposkan oleh nurzaman sidik on Sabtu, 16 Maret 2013
Ada puisi karya dari Chairil anwar yang berjudul Karawang Bekasi, puisi yang di ciptakan tahun 1948 ini menginspirasi bayak orang terutama pada tahunnya saat Indonesia masih belum di akui kemerdekaannya oleh Belanda. Sosok chairil anwar sendiri sangat terkel sebagai penulis puisi, dia tak hanya pandai dalam membuat kata-katanya tapi juga pandai dalam pembawaannya. Langsung saja ini dia puisi Karawang-Bekasi



 Karawang-Bekasi

karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948)
- See more at: http://nzsidik.blogspot.com/2013/03/puisi-karawang-bekasi-karya-chairil.html#sthash.YGcTSFXa.dpuf

Puisi KARAWANG-BEKASI karya Chairil Anwar

Diposkan oleh nurzaman sidik on Sabtu, 16 Maret 2013
Ada puisi karya dari Chairil anwar yang berjudul Karawang Bekasi, puisi yang di ciptakan tahun 1948 ini menginspirasi bayak orang terutama pada tahunnya saat Indonesia masih belum di akui kemerdekaannya oleh Belanda. Sosok chairil anwar sendiri sangat terkel sebagai penulis puisi, dia tak hanya pandai dalam membuat kata-katanya tapi juga pandai dalam pembawaannya. Langsung saja ini dia puisi Karawang-Bekasi



 Karawang-Bekasi

karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948)
- See more at: http://nzsidik.blogspot.com/2013/03/puisi-karawang-bekasi-karya-chairil.html#sthash.YGcTSFXa.dpuf

Karawang-Bekasi

karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948) - See more at: http://nzsidik.blogspot.com/2013/03/puisi-karawang-bekasi-karya-chairil.html#sthash.YGcTSFXa.dpuf

Karawang-Bekasi

karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948) - See more at: http://nzsidik.blogspot.com/2013/03/puisi-karawang-bekasi-karya-chairil.html#sthash.YGcTSFXa.dpuf

Karawang-Bekasi

karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948) - See more at: http://nzsidik.blogspot.com/2013/03/puisi-karawang-bekasi-karya-chairil.html#sthash.YGcTSFXa.dpuf

Minggu, 16 November 2014

Puisi Rangga dan Cinta : Ada Apa dengan Cinta 2014






(Rangga) 
Adalah cinta yang mengubah jalannya waktu.
Karena cinta, waktu terbagi dua  
Denganmu dan rindu untuk membalik masa  
Detik tidak pernah melangkah mundur tapi kertas putih itu selalu ada

(Cinta) 
Waktu tidak pernah berjalan mundur  
Dan hari tidak pernah terulang  
Tetapi pagi selalu menawarkan cerita yang baru

(Rangga) 
Untuk semua pertanyaan yang belum sempat terjawab

(Rangga dan Cinta) 
Love, Life, Line.



Rangga :
Adalah cinta yang mengubah jalannya waktu.
Karena cinta, waktu terbagi dua
Denganmu dan rindu untuk membalik masa
Detik tidak pernah melangkah mundur tapi kertas putih itu selalu ada
Cinta:
Waktu tidak pernah berjalan mundur
Dan hari tidak pernah terulang
Tetapi pagi selalu menawarkan cerita yang baru
Rangga:
Untuk semua pertanyaan yang belum sempat terjawab
Rangga dan Cinta:
Love, Life, Line 
- See more at: http://atjehpost.co/m/read/14489/Puisi-Rangga-dan-Cinta-di-Ada-Apa-Dengan-Cinta-Versi-Line#sthash.8uwVYDkK.dpuf(Rangga) Adalah cinta yang mengubah jalannya waktu.
Karena cinta, waktu terbagi dua
Denganmu dan rindu untuk membalik masa
Detik tidak pernah melangkah mundur tapi kertas putih itu selalu ada
(Cinta) Waktu tidak pernah berjalan mundur
Dan hari tidak pernah terulang
Tetapi pagi selalu menawarkan cerita yang baru
(Rangga) Untuk semua pertanyaan yang belum sempat terjawab
(Rangga dan Cinta) Love, Life, Line.
Rangga :
Adalah cinta yang mengubah jalannya waktu.
Karena cinta, waktu terbagi dua
Denganmu dan rindu untuk membalik masa
Detik tidak pernah melangkah mundur tapi kertas putih itu selalu ada
Cinta:
Waktu tidak pernah berjalan mundur
Dan hari tidak pernah terulang
Tetapi pagi selalu menawarkan cerita yang baru
Rangga:
Untuk semua pertanyaan yang belum sempat terjawab
Rangga dan Cinta:
Love, Life, Line 
- See more at: http://atjehpost.co/m/read/14489/Puisi-Rangga-dan-Cinta-di-Ada-Apa-Dengan-Cinta-Versi-Line#sthash.8uwVYDkK.dpuf
Rangga :
Adalah cinta yang mengubah jalannya waktu.
Karena cinta, waktu terbagi dua
Denganmu dan rindu untuk membalik masa
Detik tidak pernah melangkah mundur tapi kertas putih itu selalu ada
Cinta:
Waktu tidak pernah berjalan mundur
Dan hari tidak pernah terulang
Tetapi pagi selalu menawarkan cerita yang baru
Rangga:
Untuk semua pertanyaan yang belum sempat terjawab
Rangga dan Cinta:
Love, Life, Line 
- See more at: http://atjehpost.co/m/read/14489/Puisi-Rangga-dan-Cinta-di-Ada-Apa-Dengan-Cinta-Versi-Line#sthash.8uwVYDkK.dpuf
Rangga :
Adalah cinta yang mengubah jalannya waktu.
Karena cinta, waktu terbagi dua
Denganmu dan rindu untuk membalik masa
Detik tidak pernah melangkah mundur tapi kertas putih itu selalu ada
Cinta:
Waktu tidak pernah berjalan mundur
Dan hari tidak pernah terulang
Tetapi pagi selalu menawarkan cerita yang baru
Rangga:
Untuk semua pertanyaan yang belum sempat terjawab
Rangga dan Cinta:
Love, Life, Line 
- See more at: http://atjehpost.co/m/read/14489/Puisi-Rangga-dan-Cinta-di-Ada-Apa-Dengan-Cinta-Versi-Line#sthash.8uwVYDkK.dpuf